Khotbah Minggu 16 Februari 2025
Oleh : C.Pdt. Andreas Kristofel Simamora, S.Fil. (HKBP Lumbanjulu Resort Sipahutar Selatan)
Syalom, saudara yang terkasih di dalam nama Tuhan. Firman yang menjadi dasar dalam kehidupan kita pada minggu ini tertulis di dalam kitab Yeremia 17:17 demikian bunyinya : “Janganlah Engkau menjadi kedahsyatan bagiku, Engkaulah perlindunganku pada hari malapetaka.”
Saudaraku, dalam beberapa kesempatan kita selalu bergumul dengan tantangan zaman yang semakin canggih, prinsipnya setiap orang punya cara berpikir yang semakin tinggi pula. Pertanyaannya adalah : sudahkah kita mampu untuk menerima kehadiran Tuhan di tengah tantangan zaman ini? Dapat diperhatikan dalam setiap rencana dan perjalanan hidup kita masing-masing. Kemampuan dalam hal penyadaran diri memiliki keterikatan yang kuat dalam pemahaman manusia.
Pernahkah saudara merasa bingung dalam kehidupan ini? Coba kita bayangkan bagaimana reaksi kita jika merasa kebingungan. Rasa bingung ada dalam setiap manusia, kebingungan selalu diibaratkan dengan “kebodohan”. Perasaan bingung yang mendalam biasanya salah satu bagian dari psikologi manusia. Bingung yang berkelanjutan hanya karena karya Tuhan itu hal yang wajar dan benar-benar tidak dapat kita ukur melalui pikiran kita. Tetapi Jika kita bingung dengan keadaan kita saat ini itu hal yang biasa dan dan menyebabkan ketidaktahuan.
Tentunya dalam ketidaktahuan kita pada perjalanan hidup ini, kita selalu mengharapkan berkat yang bersumber dari Tuhan. “Life is Choice” Hidup ini adalah Pilihan. Kita punya pilihan dalam menjalankan hidup ini, berani menjalankan yang benar dan berani mempertanggungjawabkan begitupun sebaliknya. “ Jika ya, hendaklah kamu katakan : ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat (Matius 5 : 37).
Hamon dalam bahasa ibrani artinya kegelisahan dan pergumulan. Kalau diperhatikan rasa gelisah akan menimbulkan pergumulan dan akhirnya membuat stres, bagaimana kita mengolah rasa stress kita dalam pergumulan hidup kita ini. Iman yang sebenarnya dalam diri kita mengarahkan perhatian pada Kehendak Tuhan. Artinya saudara sering sekali hal ini menjadi salah satu dari pilihan bagi kita Dalam keterbatasan, kita menjunjung pemahaman untuk berada bersama dengan Tuhan (Bdk. Mazmur 56:12).
Saudara kita punya privasi, kadang-kadang ingin ditemani ada saatnya untuk berada bersama. Sudahkah saudara memiliki privasi yang intim dengan Tuhan? Jika sudah berarti kita sudah mampu untuk menerima Tuhan di hidup masing-masing kita.
Itulah yang sebenarnya ingin dikatakan melalui kitab Yeremia ini, untuk kiranya selalu “Hidup Berpengharapan”.
Kita menginginkan yang terbaik tatapi semuanya itu akan diberikan jika kita berpengharapan kepada Tuhan. Kita tidak akan dibiarkan mengalami kecemasan, kegelisahan, dsb. Tetapi jika kita terlalu berharap antara sesama kita manusai itu yang akan membuat kita mengalami ketidakpercayaan. Kepercayaan kita hanya kepada Tuhan saja, tidak ada yang mampu membuat kita menjadi hancur sekalipun manusia. kita selalu diberikan kekuatan dalam hidup ini hanya oleh karenaNya.
Saudaraku inilah yang sesungguhnya ingin dikatakan oleh Tuhan bagi kita. Seperti nyanyian yang sangat familiar El Shaddai “ tak usah ku takut, Allah menjagaku. Tak usah ku susah, Roh Kudus peliharaku, Tak usah ku susah. Roh Kudus hiburku, Tak usah ku cemas, Dia memberkatiku…. Amen, selamat menjalani kehidupan saudaraku dan percayalah Tuhan akan memberkati kita. Syalom (*)
Discussion about this post