KEMBALINYA ANAK YANG HILANG*
Oleh : C.Pdt. Andreas Kristofel Simamora, S.Fil.
Syalom, saudara yang terkasih di dalam nama Tuhan Yesus. Pada Minggu ini kita kembali diperdengarkan melalui khotbah yang tertulis di dalam kitab Injil Lukas 15 : 11 : 22 demikian bunyinya.
Ayat 11 : Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
Ayat 12 : Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.
Ayat 13 : Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.
Ayat 14 : Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat.
Ayat 15 : Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya.
Ayat 16 : Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya.
Ayat 17 : Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
Ayat 18 : Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
Ayat 19 : aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
Ayat 20 : Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Ayat 21 : Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
Ayat 22 : Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
Ayat 23 : Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.
Ayat 24 : Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
Ayat 25 : Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
Ayat 26 : Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
Ayat 27 : Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
Ayat 28 : Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
Ayat 29 : Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
Ayat 30 : Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
Ayat 31 : Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
Ayat 32 : Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”
Bapak/Ibu dan Saudara kalau kita kehilangan sesuatu barang apakah yang kita rasakan ? tentu saja kita akan merasa marah atau bahkan sedih sehingga barangkali kita akan sulit untuk memaafkan apa yang terjadi pada kita.
Jika kita menelisik lebih jauh mengenai tantangan zaman yang semakin signifikan. Ada banyak perspektif yang boleh kita jadikan indikator (tolak ukur). Terkadang banyak diantara kita secara manusiawi (tidak munafik) lebih mementingkan harta atau uang. Pertanyaannya ! Apakah dengan hal itu kita sudah sempurna bahagia dan tidak akan kekurangan sampai kapanpun ? Mari kita jawab dalam diri masing-masing….
Kisah Anak yang hilang menyadari kesalahannya setelah mengalami penderitaan. Adapun relasi kita dengan Tuhan adalah bagian dari penderitaan secara tidak langsung tetapi keunggulannya adalah kebahagiaan yang sifatnya kekal/abadi.
Seperti ada tertulis dalam kitab 1 Yohanes 1:9, kita diingatkan, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Itulah pentingnya melakukan pengakuan dosa.
Bapak/Ibu dan Saudara, kisah ini sangat menarik dalam mengambil keputusan hidup saat ini. Hal ini mengingatkan kita bahwa tidak peduli seberapa jauh kita telah tersesat, Tuhan selalu siap untuk menyambut kita kembali dengan tangan terbuka.
Belajar menghargai seperti ayah dari anak tersebut sesuai isi Alkitab…
1. Sebagai umat Allah, kita harus rela mengampuni dan siap menyambut orang-orang yang sudah bertobat dan kembali kepada-Nya. Bersukacita bersama saudara kita yang ”sudah mati tapi hidup lagi”, karena ”dia hilang tapi sudah ditemukan.
Seorang filsuf yang cukup terkenal berkata seperti ini *Hidup bukan tentang menunggu badai berlalu melainkan tentang belajar bagaimana menari di tengah hujan.* – Vivian Greene
Kita sudah diselamatkan Bapak/Ibu dan Saudara, sebagai seorang Kristen, kita juga adalah orang yang paling bahagia tetapi belum tentu memiliki yang terbaik dari segalanya, tetapi kita dapat memanfaatkan segalanya dengan cara sebaik-baiknya.
Amin, Tuhan Yesus Memberkati
Discussion about this post