Khotbah Minggu: VII Setelah Trinitatis, 03 Agustus 2025
Kolose 3: 5-11
Oleh: Pdt. Dr. Deonal Sinaga (Ka. Dep. Koinonia HKBP)
1. “Menjadi Manusia Baru…!” Sahabat yang baik hati, selamat hari Minggu! Sukacita dan damai sejahtera kiranya memenuhi kehidupan saudara dan keluarga! Firman Tuhan pada Minggu VII Setelah Trinitatis hari ini (Kol. 3: 5-11) adalah berita sukacita tentang eksistensi kita sebagai umat pilihan Tuhan.
2. Sungguh anugerah ajaib dan menakjubkan. Paling berharga. Paling utama. Paling menentukan. Bukan hanya ketika kita berada di dunia yang fana ini. Tetapi juga, dan terutama hingga kekekalan. Setiap orang yang Tuhan pilih dan tetapkan menjadi anak-anak Tuhan di dalam Kristus memiliki eksistensi dan esensi yang benar-benar berbeda.
3. Di dalam Kristus, kita adalah ciptaan baru sebagaimana Rasul Paulus tuliskan, “siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor. 5: 17). Satu pernyataan yang terang benderang, bahwa keberadaan orang yang ada dalam Kristus, benar-benar berbeda dari dirinya yang lama dan berbeda dari orang lain di luar Kristus.
4. Setiap orang yang benar-benar menyadari kebenaran ini akan merasakan sukacita yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Sesungguhnya, karena anugerah itu orang beriman bebas dari penjara kehidupan, beroleh kesembuhan, melihat terang kasih Allah, terlebih penghapusan dosa serta hidup yang kekal.
5. Konsekuensi logisnya adalah, dia akan menjalani kehidupan di dunia ini sebagai saksi kasih dan anugerah Tuhan, yang diwarnai dengan kualitas-kualitas mulia: Semangat melayani dan mengasihi, kerendahan hati, kelemahlembutan, damai sejahtera dan sukacita.
6. Itulah yang dengan gamblang Paulus tuliskan kepada jemaat di Kolose. Dalam bagian awal suratnya, Paulus mengungkapkan rasa syukur dan sukacitanya mengetahui tentang iman orang Kristen di Kolose dan kasih yang mereka tunjukkan kepada sesama serta pengharapan yang mereka miliki karena Injil Kristus Yesus.
7. “Raison d’etre.” Alasan keberadaan kita adalah Kristus. Tanpa Kristus, segalanya akan berbeda. Tidak ada misi. Tidak ada persekutuan. Tidak ada damai sejahtera. Tidak ada pelayanan dan tidak ada tujuan – sebagaimana yang Paulus maksudkan. Tetapi karena Kristus yang datang ke dunia ini: berkhotbah, mengajar, melayani, menderita, mati dan bangkit dari antara orang mati, maka segenap eksistensi dan esensi setiap orang yang ada dalam Dia benar-benar berbeda.
8. Kita adalah manusia yang berbeda. Kita adalah ciptaan baru. Kita memiliki kehidupan yang baru. Itu adalah kehidupan yang sudah lepas dari hidup yang lama berikut dengan sifat-sifatnya yang lama. Dan hidup lama – hidup yang dulu kita hidupi sebelum berjumpa dengan Kristus adalah hidup dalam kegelapan, terpenjara oleh sifat-sifat dan kebiasaan buruk dan jahat, bertentangan dengan kehendak Allah dan tujuan yang tidak jelas dan hampa.
9. Karena itu, Paulus menasihatkan orang Kristen di Kolose untuk mematikan, menanggalkan dan membuang segala sifat dan kualitas buruk dalam kemanusiaan lama itu, seperti kesombongan, kebencian, iri hati, perselisihan, fitnah, kata-kata kotor dan semua sifat-sifat yang “se-frekwensi” dengan itu semua. Sebaliknya, dia mengajar setiap orang yang ada di dalam Kristus untuk menampilkan kualitas-kualitas mulia sebagai warga kerajaan Allah.
10. Paulus sendiri dalam berbagai kesempatan mengungkapkan perubahan radikal dan fundamental dalam dirinya, “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku…” Sebagai warga kerajaan Allah, yang hidup di dalam Kristus dan yang Kristus hidup di dalamnya, pasti menampilkan kualitas-kualitas luhur dan istimewa: belas kasihan (compassion), kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
11. Firman Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan dan ciptaan baru di dalam Kristus. Sebagai anak Tuhan, dan bukan hamba, kita diharapkan memiliki kualitas dan gaya hidup seorang anak. Satu perbedaan yang kontras antara anak dan budak. Atau dalam istilah kerajaan, kita adalah Putri mahkota dan Putra Mahkota.
12. Putri atau Putra Mahkota yang akan mewarisi kerajaan diharapkan memiliki sifat atau kharakteristik: percaya diri, berani, sabar, rendah hati, murah hati, lapang dada (parbahul-bahul na bolon), berpengharapan, terpercaya, kuat, elastis, dan tahan uji. Dengan demikian, betapa pun banyak tantangan yg dihadapi, dia tetap kokoh.
13. Sedangkan seorang “budak” bukan demikian. Dia cenderung dikategorikan sebagai pribadi yang bekerja hanya untuk menyenangkan tuan dengan kualitas-kualitas kedagingan: sulit dipercaya, harus diawasi, tidak mandiri, tidak mampu mengambil keputusan, tidak mampu menguasai diri, ragu-ragu, suka mengambil kesempatan dalam kesempitan, dan banyak lagi sifat-sifat buruk yang tidak berkenan di hati tuannya.
14. Warisan kita sebagai putra-putri Allah sungguh besar, baik di dunia ini maupun dalam kehidupan yang kekal. Karena itu, dengan tuntunan dan penyertaan Roh Kudus yg dicurahkan atas kita, kita diharapkan tampil sebagai anak-anak Tuhan. Artinya, bagaimana pun realitas kehidupan yang kita hadapi, baik susah maupun senang, baik kaya ataupun miskin, baik dalam posisi tinggi maupun posisi biasa-biasa saja, biarlah kita menunjukkan diri sebagai Putri atau Putra, sang pewaris kerajaan.
15. Sesungguhnya, Tuhan telah menganugerahkan kualitas itu kepada saudara dan saya. Kita hanya perlu menyadari dan memberdayakannya. Kemarin saya membagikan sebuah video motivasi tentang “pengaruh positif.” Saya pikir, sangat relevan melihat arti kehadiran kita di dunia ini sebagai orang-orang yang hidup dalam Kristus, yang telah terberkati dengan anugerah paling berharga sebagai ahli waris kekayaan kerajaan sorgawi.
16. Dalam rekaman video itu ditekankan: sangat penting bahwa setiap orang mengetahui nilai dari pekerjaannya dan manfaat yang diberikannya kepada komunitas atau masyarakat. Artinya, setiap orang menyadari nilai atau kontribusi apa dari hidup dan pekerjaannya yang membangun kehidupan dan memperkaya komunitas dan masyarakat luas.
17. Pertanyaan mendasar adalah: apakah pekerjaan dan kehidupan saya membawa perbedaan dan kontribusi yang konstruktif dan membawa kebaikan bagi orang lain, bagi komunitas dan bagi dunia ini? “Bertindak lokal, berpikir globa.” Albert Einstein memberikan nasihat yang bersifat imperative kepada generasi muda:
18. ‘Anak-anakku, ingatlah, bahwa hal-hal yang menakjubkan yang kamu pelajari di sekolah, itu adalah akumulasi kerja banyak orang lintas generasi dari semua bangsa di dunia ini, yang dihasilkan dengan semangat juang yang tinggi dan kerja keras yang tanpa pamrih. Semua itu diletakkan di tanganmu sebagai warisan untuk kamu terima, hargai dan tambahkan ke situ. Dan diharapkan, suatu saat itu kamu wariskan kepada anak-anakmu.”
19. Sedini mungkin anak-anak diajarkan, bukanlah bagaimana mendapatkan sebanyak-banyaknya untuk diri sendiri, melainkan bagaimana mereka berpikir dan mempersiapkan diri untuk memberi kepada komunitas dan masyarakat, bahkan mampu mewariskan sesuatu yang lebih baik dan lebih berharga bagi generasi yang akan datang. Itulah hidup yang bernilai tinggi. Itulah hidup yang bermartabat. Itulah hidup yang sesungguhnya.
20. Winston Churchil mengatakan, “We make a living by what we get, but we make a life by what we give – Kita hidup dari apa yang kita dapatkan, tetapi kita membuat hidup ini bermakna dengan apa yang kita berikan.” Memberi, memberi, dan memberi! Kita diharapkan lebih banyak memberi kepada orang yang membutuhkan, kepada komunitas, kepada masyarakat, bangsa dan negara, serta dunia ini. Kehadiran kita menjadikan komunitas di manapun kita berada, dan planet bumi ini menjadi tempat yang lebih baik, lebih kaya, lebih bermartabat dan lebih sustainable (berkelanjutan).
21. Setiap orang memiliki sesuatu untuk diberikan. Apa pun yang kita miliki: pengetahuan, pengalaman, keahlian atau keterampilan, spiritualitas, kekuatan, harta kekayaan serta nilai-nilai mulia yang kita pelajari dan hidupi akan menjadi kontribusi berharga bagi kehidupan orang lain, komunitas dan masyarakat yang lebih luas. Niscaya, kita akan mewariskan sesuatu yang berharga untuk generasi yang akan datang! Tuhan memberkati! Dear friends, wherever you are and whatever you plan for today, I wish you a wonderful and blessed Sunday. Be Happy…Be Smile! _
Discussion about this post